Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menetapkan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1434 H di Indonesia jatuh pada hari Rabu tanggal 10 Juli 2013. Hal tersebut diputuskan setelah dilakukannya sidang isbat di Kantor Kementerian Agama di Jakarta pada Senin sore (8/7/2013).
Dalam sidang isbat nampak beberapa perwakilan organisasi-organisasi Islam, antara lain dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), PBNU, Persatuan Islam (Persis), Al-Washliyah, Wahdah Islamiyah, Dewan Masjid Indonesia, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Ahli Hisab Rukyat Jakarta, Pondok Pesantren Darunnajah, dan Pondok Pesantren As Shiddiqiyah.
Sidang dipimpin oleh Menteri Agama Suryadharma Ali. Pemaparan juga dilakukan oleh peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin dan dari Planetarium Jakarta, Cecep Rusmendaya. (dakwatuna/hdn)
Sidang Isbat yang dipimpin oleh Suryadharma Ali, Menteri Agama telah resmi ditutup. Keputusan diambil berdasarkan laporan-laporan yang telah disampaikan oleh 36 orang yang berada di berbagai tempat di Indonesia. Bahwa posisi hilal adalah minus 0 derajat 56 menit sampai dengan 0 derajat 38 menit.
Selain itu, dari 12 pembicara yang hadir tidak ada yang menolak laporan-laporan yang disampaikan oleh Muchtar Ali, Direktur urusan Islam dan Pembinaan Syariah dari Kementerian Agama. Setelah mendengarkan berbagai pandangan dari para ahli dan pembicara dari banyak pihak, Pemerintah akhirnya memutuskan 1 Ramadan 1434 Hihriyah pada hari Rabu (10/7).
Menteri Agama RI Suryadharma Ali menetapkan awal Ramadan 1434 Hijriah jatuh pada Rabu (10/7). Keputusan tersebut, merupakan hasil sidang isbat yang kesimpulannya berdasarkan hasil imkanurukyat dan hisab.
"Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia kewenangan Isbat untuk mengumumkan awal Ramadan diserahkan sepenuhnya pada pemerintah. Kami juga mempertimbangkan masukan dari para ilmuan terkait hasil rukyat dan masukan 12 ormas maka kami membulatkan suara memutuskan bahwa satu Ramadan 1434 hijriah jatuh pada hari Senin 10 Masehi 2013," tegas Surya Darma Ali diakhir Sidang Isbat di Auditorium Kementrian Agama, Senin (8/7).
Menegaskan keputusan sidang isbat, Anggota Badan Hisab dan Rukyat Planetarium, Cecep Nurwendaya menjelaskan berdasarkan rukyat tidak ada referensi pelaporan hilal hilal awal Ramadan 1434 H hari ini dapat teramati di seluruh Indonesia.
"Berdasarkan perhitungan posisi hilal pada saat matahari terbenam di pos observasi bulan pelabuhan ratu-Sukabumi terkini, Senin (8/7) menunjukkan tinggi/Irtifa' hilal baru mencapai 0,65 derajat dengan jarak busur bulan dan matahari 4,55 derajat. Umur hilal 3 jam 35 menit 52 detik dan iluminasi hilal 0,18%," papar Cecep disela-sela sidang Isbat.
Sementara itu seperti diketahui dasar kriteria Imkanurukyat adalah dengan ketinggian hilal 2 derajat sementara ketinggian hilal saat ini baru 0,65 derajat. Menurut Menag, kemungkinan perbedaan puasa tersebut ada karena memang terdapat perbedaan persepsi dikalangan umat dalam melihat hasil rukyat.
"Ada perbedaan di kalangan umat terkait kriteria melihat hilal, ada yang dua derajat, ada yang empat derajat, bahkan ada yang enam derajat. Tapi Kementerian Agama RI sendiri menetapkan hilal itu paling tidak harus dua derajat. Itu juga diputuskan bersama organisasi Kementrian Agama se-Asia Tenggara dan atas rembukan bersama puluhan ormas islam di dalam negeri," paparnya.
Karena itu, lanjut Surya, karena tidak ada referensi pelaporan hilal awal Ramadan 1434 H dapat terlihat di wilayah Indonesia hari ini (Senin 8/7) maka bulan Syakban akan digenapkan menjadi 30 hari dan awal Ramadan akan jatuh, Rabu (10/7/2013). Selain memperhitungkan hisab dan rukyat, menurut Surya, di tahun-tahun mendatang pihaknya akan memperbaiki teknologi untuk melihat hilal agar akurasi bisa terwujud.
Terkait perbedaan puasa di kalangan para umat, menurut Surya, Kemenag sudah menengahi dengan mengundang semua kalangan untuk bermusyawarah dalam sidang isbat. "Ini kan forumnya untuk mengemukakan pendapat. Untuk yang berbeda-beda semestinya keputusan kemenag ini bisa menjadi patokan untuk menyamakan pendapat," ujarnya.
Terkait perbedaan dengan ormas Muhamadyah, Suryadharma menyatakan pihaknya telah melakukan mediasi dengan berdialog tapi belum menemui hasil. "Yah tahun ini memang kembali tidak bisa menyamakan pendapat. Tetapi pemerintah tidak berputus asa, kami masih akan terus mencoba untuk memediasi perbedaan dengan meneruskan berdialog, tidak hanya dengan Muhamadyah, tetapi juga kalangan umat islam lain yang masih memilih berbeda," ujar Surya.
Terkait ketidakhadiran Muhamadyah dalam sidang Isbat, Surya mengaku tidak bisa berspekulasi. "Yah mungkin hanya soal hambatan waktu," ujarnya menandaskan. (Soraya Bunga Larasati) -metronews-