Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat, Kamis (16/7/2015), guna menentukan kepastian hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan optimistis bahwa tim yang ditugaskan untuk memantau posisi hilal dapat memberikan kepastian mengenai 1 Syawal.
"Optimisme ini sebuah kemungkinan, makanya kita lihat dulu posisi hilal, lalu shalat dan mendengar laporan pelaku rukiah yang disumpah untuk menjalankan tugasnya. Kalau ada salah satu yang melihat hilal, maka sidang isbat bisa menyepakati sudah masuk 1 Syawal, maka besok kita bisa shalat Idul Fitri," ujar Lukman sebelum menggelar sidang isbat di Gedung Kemenag, Jakarta, Kamis petang.
Sidang isbat akan digelar tertutup. Sebelum persidangan dimulai, akan ada paparan dari pakar astronomi hisab dan tim rukiah untuk menjelaskan posisi terakhir hilal sebagai acuan sidang. Paparan tersebut tidak hanya berdasarkan pantauan dari dalam negeri, tetapi juga dari berbagai belahan dunia.
"Akan dilihat, tingginya berapa, derajatnya berapa. Baru bisa ditentukan dalam sidang," kata Lukman. Sidang isbat ini diikuti oleh pakar astronomi, perwakilan-perwakilan organisasi masyarakat Islam, dan duta besar negara-negara Islam yang bertugas di Indonesia.
Tim Hisab Rukyat Kemenag RI menyatakan posisi bumi dan matahari telah sejajar (Ijtimak) sejak pukul 08.24 WIB. Secara metode hisab, tinggi hilal sudah melebihi 2 derajat yakni 3,11 derajat.
"Hasil tim kerja hisab di Batam untuk markas Pelabuhan Ratu, dari 23 metode semuanya mengatakan Itjimak terjadi pada Kamis 16 Juli 2015 pukul sekitar 08.24 WIB. Semua mengatakan dengan ketinggian sangat signifikan di atas 2-3 derajat," ujar Ketua Tim Hisab Rukyat Kemenag RI, Cecep Nurwendaya saat memaparkan data hisab di Kemenag, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (16/7/2015).
"Dari 23 metoda yang dihimpun oleh Kemenag dalam temu kerja di Batam memutuskan awal syawal 1436 H jatuh pada Jumat besok, tercermin dari taklim standar Indonesia yang beredar," imbuhnya.
Meski secara hisab besok memasuki 1 Syawal, namun pihaknya belum secara memastikan. Sebab, perlu melewati proses rukyat terlebih dulu untuk mengumpulkan informasi hilal dari beberapa titik wilayah Indonesia.
"Hisabnya sudah ada, tinggal rukyatnya. Dengan metode standar sistem hisab rukyat matahari terbenam di Pelabuhan Ratu tinggi hilal 3,11 derajat," terang Cecep.
"Jika ada yang melaporkan hilal sebelum matahari terbenam, mustahil itu. Hilal tidak mungkin dapat terlihat setelah hilal terbenam," tegas dia.
Saat ini tim astronomi masih mengumpulkan informasi dan data dari 116 titik yang merukyat di Indonesia. Informasi sementara sampai dengan pukul 08.24 WIB, di Pelabuhan Ratu pada saat glurub tinggi hilal Mar'i mencapai 3,11 derajat.
Jarak busur bulan dari matahari 5,72 derajat. Beda Azimuth bulan-matahari 4,80 derajat. Umur hilal 9 jam 26 menit 52 detik. Fraksi iluminasi hilal 0,32 persen.
"(Tinggi hilal di 3,11 derajat) Disahkan karena berhasil dilihat oleh 6 orang saksi. Namun ini masih harus dibicarakan lagi untuk mencapai kesepakatan bersama. Intinya bersabar kalau setiap Swayal harus melihat bukti otentik, itu tidak mudah tapi harus berdasarkan pelaporan," pungkasnya. (Detik)